TERKIKISNYA APOTEK INDIVIDU OLEH ADANYA APOTEK WARALABA

Dewasa ini hampir seluruh pembuatan obat diambil alih oleh industri farmasi dengan skala produksi yang sangat besar dan jaringan distribusi yang luas. Pergeseran dari bentuk racikan obat menjadi produksi skala besar itu membawa implikasi yang luas pada bentuk pelayanan farmasi (pharmaceutical care) yang harus diberikan kepada masyarakat. Pelayanan kefarmasian kepada masyarakat terutama dan umumnya berlangsung di ‘apotek’. Tujuan pokoknya adalah agar masyarakat mendapatkan obat yang bermutu baik dengan informasi yang selengkap-lengkapnya

Mendengar kata apotek tentu sudah tidak asing lagi di telinga kita.Di era seperti sekarang dengan dengan jumlah apotek yang terbilang cukup banyak maka tentulah secara tidak langsung akan timbul persaingan dalam pengelolaan apotek tersebut.Entah dengan meningkatkan kualitas pelayanan,fasilitas,bahkan hingga membuat logo yang terbilang cukup menarik agar dapat menarik minat konsumen atau pasien untuk datang ke apotek yang sedang dikelola untuk membeli obat di apoteknya tersebut.

Trend yang sedang berkembang dimasyarakat dunia usaha sekarang adalah menfranchisekan usahanya. Franchise atau yang lebih dikenal dengan waralaba adalah bentuk pengembangan jaringan usaha dengan mekanisme sistim yang telah ditentukan dengan Standart Operasional Procedure (SOP) dan tentunya untuk mendapatkan profit yang sebesar-besarnya

Sayangnya dibalik profit usaha apotek waralaba yang menggiyurkan sekarang ini disadari atau tidak membawa dampak negative yang besar pada pelayanan farmasi (pharmaceutical care) yang harus diberikan kepada masyarakat ataupun bentuk persaingan dunia usaha antar rekan sejawat sebagai seorang pharmacist. Pertama adalah disadari oleh pharmachist saat penyerahan obat kepada pasien diapotek tidak disertai dengan informasi yang lengkap dan tidak disadari karena banyaknya konsumen yang datang sehingga mereka beranggapan semua yang datang dapat dilayani dengan cepat. Dari semua itu merupakan bentuk profesionalisme oleh seorang pekerja terhadap yang empunya usaha sehingga dapat tetap survive karena dapat mendatangkan outcome yang besar ditempat dia bekerja akan tetapi bentuk tidak professionalisme sebagai seorang tenaga kesehatan yang wajib memberikan informasi selengkap mungkin tetang semua yang berkaitan dengan obat sehingga hak pasien berkaitan dengan informasi obat tidak diabaikan. Kedua umumnya sebagian besar apoteker bukanlah sebagai Pemilik Sarana apotek ( PSA ). Mereka bekerja hanya sebagai penanggungjawab, selebihnya yang berperan aktif adalah PSA. Disadari oleh apoteker karena usaha semacam ini merebut lahan kerja mereka yang disebabkan kebanyakan lulusan farmasi tidak punya cukup modal untuk mendirikan sebauh apotek. Tidak disadari oleh apoteker karena dengan bekerja pada usaha ini ditambah dengan pemiliknya bukan seorang apoteker, mereka secara tidak langsung mematikan usaha rekan sejawat yang memiliki usaha yang sama (tidak difrachisekan) karena kalah bersaing dengan apotek lain (difranchisekan) yang menawarkan fasilitas lebih yang didukung dengan modal melimpah. Mungkin kedepan model usaha waralaba akan memonopoli usaha perapotekan dinegara ini jika tidak didukung peran aktif pemerintah dengan aturan/perundangan tetang pekerjaan kefarmasain atau lebih spesifiknya usaha perapotekan.

Berikut pengatan beberapa usaha perapotekan waralaba dengan apotek yang dikelola secara pribadi:

♥ apotek Century

Ce

Gambar di samping merupakan foto dan logo dari apotek Century.Menurut saya sebagai salah satu apotek franchise maka apotek ini terbilang cukup mewah.Dengan bangunan yang bagus disertai fasilitas dalamnya yang cukup lengkap serta obat-obatan yang lengkap maka tidak salah jika apotek ini cukup dikenal masyarakat kota.Terlebih lagi pada logo tertera tulisan “JARINGAN APOTEK TERPERCAYA” sehingga makin mendapat kepercayaan dari masyarakat, tetapi tulisan ‘HEALTHCARE’lebih bersifat general secara harfiah. Bagi masyarakat awam/pendatang yang belum pernah melihatnya kurang familiar dengan logo tersebut pasti beranggapan sarana tersebut bukanlah sebuah apotek melainkan sebuah klinik atau sarana kesehatan lainnya.Sayangnya kekurangan dari apotek ini adalah sistem penjualan yang mana modelnya seperti supermarket sehingga walaupun masyarakat dapat dengan bebas memilih obatnya sendiri namun justru hal tersebutlah yang menjadi salah satu kekurangannya karena masyarakat tidak mendapat petunjuk langsung dari apoteker terpercaya tentang pilihan obat yang akan dibelinya.

♥apotek Guardian

Gu

Dapat kita lihat pula bahwa sebagai salah satu apotek franchise maka apotek Guardian terbilang cukup mewah dan sangat bangga akan tampilan bangunannya.Bahkan bangunannya pun berada dalam mall.Hampir sama dengan apotek Century maka apotek Guardian ini juga menggunakan sistem penjualan seperti halnya supermarket.Dengan sistem “Take and Pay” ini maka walaupun masyarakat atau konsumen dapat dengan bebas memilih obat yang akan dipilihnya. Jadi selain menyediakan obat-obatan, suplemen dan vitamin,produk kecantikan disini juga tersedia berbagai macam barang kebutuhan sehari-hari. Kadang-kadang penjualan barang-barang harian ini porsinya lebih besar dibandingkan penjualan obat resep. Hal ini lah yang menjadi nilai plus bagi apotek guardian selain tempat nya yang strategis serta penyediaan obat yang lengkap walaupun ada beberapa obat yang tidak dijual bebas namun sekali lagi saya tekankan bahwa dengan sistem ini maka masyarakat atau konsumen tidak dapat petunjuk apalagi konseling oleh apoteker langsung tentang obat yang akan dibelinya.Dapat kita perhatikan pada logo pada apotek Guardian walaupun terbilang cukup sederhana dengan background biru serta jingga tapi justru hal tersebut makin menunjukan kekhasan dari apotek ini terlebih lagi pada gambar orang yang sedang melompat yang menunjukkan bahwa orang tersebut bisa melakukan hal tersebut karena dia dalam kondisi sehat.

♥apotek K-24

K

 

 

 

Apotek K-24 adalah apotek asli Indonesia yang pertama diwaralabakan, mempunyai ‘corporate culture’ dan strategi bisnis yang cocok untuk Indonesia. Di mulai dari tahun 2002 Apotek K-24 didirikan oleh dr. Gideon Hartono pada tanggal 24 Oktober di Yogyakarta, K-24 sendiri adalah kependekan dari komplet 24 jam. Komplet dalam artian komplet obatnya dan buka 24 jam sehari sepanjang tahun. Strategi pemasarannya terbukti ampuh dalam mengembangkan bisnis waralaba ini, ditandai dengan menjamurnya apotek K-24 diberbagai sudut kota.Kelebihan lain dari apotek K-24 ini adalah Brand Awareness yang tinggi, “Apotek jaringan waralaba” yang memiliki konsep bisnis khas yang prima, 24 Jam bukanya, hari libur tetap buka. Komplit obatnya ( memiliki ragam obat lebih dari 5800 item), Harga jual bersaing, dan TETAP SAMA baik pagi-siang-malam maupun hari libur.Dari segi pelayanannya juga sudah cukup baik dan ramah dalam melayani setiap costumer yang mana tidak seperti 2 apotek sebelumnya yang telah saya bahas apotek K-24 ini sejujurnya hampir sama seperti apotek-apotek biasa yang mana masyarakat atau konsumen mendapatkan petunjuk tentang obat yang akan dibelinya sehingga masyarakat atau konsumen bisa mendapatkan kepuasan tersendiri.Hal ini merupakan kelebihan tersendiri dari apotek K24. Dari segi penataruangan pun sudah terlihat baik dengan menyediakan ruang tunggu yang nyaman dan adanya televisi, ditambah apotek K-24 juga menyediakan jasa konsultasi apoteker.Sedangkan dari segi eksterior dan interior,menurut saya sudah cukup menarik dengan dominasi warna hijau yang menyegarkan serta logo dengan tampilan yang mencolok yaitu huruk K-24 yang besar. Papan nama apotek juga dibuat menarik dengan warna-warni merah, hijau, kuning dan putih. Itu merupakan gambaran kondisi riil bangsa Indonesia yang multiras, agama, bahasa, dan lain-lain. Warna hijau yang banyak mendominasi melambangkan Islam. Merah melambangkan Kristen. Kuning mewakili agama lain yang minoritas. Ketiga warna itu bila digabungkan ternyata menghasilkan komposisi yang indah. Tulisan K-24 sendiri terinspirasikan sewaktu dulu susah menemukan apotek yang buka pada malam hari dan kalaupun ada harganya sangat mahal, jauh melambung tinggi diatas harga normal.

Namun Apotek K-24 ini juga memiliki kelemahan yaitu pakem bisnis yang kental, terlihat dari kurangnya konseling bahkan tidak adanya apoteker pada pelayanan konseling obat. Jadi masyarakat dapat membeli obat apapun,bebas tidak terbatas pada usia anak kecil, dewasa,dan orangtua pun akan dilayani “asalkan”membeli obat”tanpa diberikan sebuah konseling ataupun sekedar informasi tentang obat yang dibeli.sehingga seakan-akan apotek sistem waralaba ini hanya mementingkan untung belaka tanpa memperdulikan keselamatan pasien yang membeli obat.

♥ Apotek UII farma

Apotek yang berlokasi di jalan kaliurang km14,5 ini ditujukan pada dasarnya untuk mahasiswa Universitas Islam Indonesia jogjakarta maupun warga sekitarnya.Walaupun tidak disertai dengan fasilitas yang memanjakan bagi pengunjung seperti apotek waralaba kebanyakan, banyak sekali kelebihan apotek ini yang merupakan apotek individu dibandingkan apotek waralaba seperti k24,century maupun guardian. Pertama dari tersedianya praktek dokter umum dan dokter gigi yang menunjang apotek ini. Selanjutnya dari segi konseling dan pelayanan, karena apotek ini dikelola oleh apoteker pengalaman yang handal dan banyaknya mahasiswa program profesi apoteker tingkat akhir yang mengadakan pelatihan. Perlu diketahui jurusan farmasi UII ialah program studi dengan konsentrasi pada pelayanan komunitas dan klinis walaupun ada beberapa mata kuliah merambah dibidang tekhnologi industri dan kimia bahan alam sehingga tidak perlu ditanyakan lagi kompetensi yang barkaitan dengan pelayanan diklinis maupun dikomunitas seperti halnya apotek. Namun sedikit kekurangan apotek ini yaitu obat yang kurang lengkap  dan logo apotek yang seadanya bahkan dari penggunaan nama yang digunakan saja kurang menarik perhatian. Yah walaupun seadanya yang penting kualitas dari pelayanan apotek ini tidak seadanya dan memberikan pelayanan kepada pasien dengan sebaik baiknya.

Seharusnya hal ini yang dijadikan contoh apotek-apotek waralaba dalam pengembangan bisnis apoteknya dan tidak semataa-mata hanya mencari keuntungan, karena prinsip yang paling penting dalam sebuah apotek yaitu penyerahan obat diserati konseling yang tepat dalam rangka menjamin bahwa obat yang akan dipasien sudah sesuai dengan kebutuhan dan hal ini menjadi tanggung jawab saya dan kita sebagai calon pharmacist/apoteker ataupun yang sudah mengemban sebagai apoteker untuk memegang teguh tanggung jawabnya. Semoga kedepan dunia perpapotekan di Indonesia semakin baik yang mengindikasikan meningkatknya kompetensi dari apoteker sebagai penanggung jawab apotek.

Leave a comment